Tanam Porang, Petani Jadi Milyarder |
Pemerintah Kabupaten Pati bersama petani mulai menanam bibit Porang di kawasan Desa Karangsumber Kecamatan Winong pada Kamis (23/1). Tanaman tersebut nantinya diyakini memiliki nilai ekspor tinggi. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan ekonomi warga setempat.
Kegiatan penanaman porang ini diprakarsai oleh Asosiasi Petani Porang Pati (Asperati). Beberapa pejabat juga mengikuti kegiatan ini, di antaranya Administrator Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Pati Sukidi dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pati Muchtar Effendi.
1. Tanaman Porang miliki nilai ekspor tinggi
Ketua Asperati Luqman Saiful Hidayat mengatakan untuk diketahui, porang (amorphophallus muelleri) merupakan tanaman umbi-umbian yang disebut-sebut memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini masih sekerabat dengan suweg, karenanya memiliki penampilan serupa.
Ketua Asperati Luqman Saiful Hidayat mengatakan untuk diketahui, porang (amorphophallus muelleri) merupakan tanaman umbi-umbian yang disebut-sebut memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini masih sekerabat dengan suweg, karenanya memiliki penampilan serupa.
Bukan itu saja, tanaman porang juga merupakan komoditas ekspor bernilai ekonomi tinggi. Di luar negeri, porang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan aneka makanan. Di antaranya mie shirataki, beras analog (beras nonpadi), agar-agar konyaku, dan tahu.
“Bahkan, porang juga berguna di industri dirgantara, yakni sebagai bahan baku lem perekat untuk pesawat. Kemudian, serat dari batangnya untuk membuat baju. Ada lagi, glukomanan yang terkandung dalam porang merupakan bahan baku pembuatan kapsul,” papar dia seperti keterangan yang diterima IDN Times.
2. Keuntungan tanaman Porang bisa mencapai ratusan juta
2. Keuntungan tanaman Porang bisa mencapai ratusan juta
Dirinya mencontohkan, potensi ekonomi porang, dengan modal sekira Rp 60 juta, setiap satu hektare lahan bisa ditanami sekira 40 ribu bibit.
Ketika siap panen, kira-kira 1,5 tahun setelah penanaman, masing-masingnya akan mencapai berat setidaknya dua kilo. Artinya, setiap hektare akan menghasilkan 80 ton. Dengan harga jual per kilo Rp 10 ribu, maka setiap hektare lahan porang bisa menghasilkan Rp 800 juta.
“Itu belum termasuk panen katak atau buahnya (bintil cokelat kehitaman yang muncul pada pangkal daun tanaman porang-red.),” ucap dia.
Saat menjelang masa panen umbi porang, kata dia katak bisa dipanen dua kali. Petani porang di Jawa Timur, lanjutnya, menjual katak porang dengan harga mencapai Rp 230 ribu per kilo.
3. Bisa tingkatkan ekonomi petani di Pati
3. Bisa tingkatkan ekonomi petani di Pati
Terkait pemasaran, ia menjelaskan, pihaknya sudah memiliki MoU dengan beberapa pabrik produsen mie shirataki dan konyaku. Menurutnya, mereka siap menampung seluruh hasil produksi porang Kabupaten Pati.
“Di seluruh Kabupaten Pati, secara luasan sudah ada 300 hektare lahan yang ditanami porang. Sampai sekarang masih terus bertambah," katanya.
Dengan demikian, kegiatan penanaman porang ini diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat. Semula membabat hutan untuk menanaminya dengan jagung atau ketela, agar bisa beralih ke tanaman porang yang untuk membudidayakannya tidak perlu merusak hutan.
“Tanaman porang justru efektif ditanam di bawah naungan. Jadi sekaligus menguri-uri (melestarikan) hutan,” tandasnya.
Sementara, Bupati Pati Haryanto menambahkan, pihak Perhutani sudah menyediakan lahan seluas 700 hektare untuk ditanami porang. Para petani tinggal menyiapkan bibit dan kebutuhan penanaman.
Ia juga mengatakan, pada Perubahan APBD 2020 nanti, pihaknya akan berusaha membantu pengadaan bibit.
Ia juga mengatakan, pada Perubahan APBD 2020 nanti, pihaknya akan berusaha membantu pengadaan bibit.
“Kami kalau membantu lebih dari Rp. 200 juta pasti melalui rekanan. Nanti akan kami upayakan. Supaya bisa ditanam di lahan yang sekiranya belum ditanami,” tambah dia.
0 Komentar