"Revolusi pertanian tidak boleh berhenti, harus terus digulirkan agar
petani kita sejahtera,” demikian tandas Ketua Dewan Kehormatan Pengurus Besar Serikat
Tani Islam Indonesia (STII) Abdullah Puteh, pada pembukaan Mukernas
(Musyawarah Kerja Nasional) STII di Gedung Diklat Banten, Jumat (27/11) yang lalu
Salah satu bentuk revolusi adalah keberpihakan yang proporsional
terhadap bidang pertanian. Puteh mengkritik postur APBN yang masih jauh
dari proporsional dalam mengaloaksikan anggaran untuk pertanian.
“Potensi dana APBN sektor pertanian tahun 2016 sebesar 32,85 Triliun
dari total APBN sebesar 2.000 Triliun. Ini berarti tidak sampai 2%, yang
artinya pemerintah belum berpihak kepada petani,” papar Puteh.
Pada Mukernas STII yang berlangsung pada 27-29 November 2015 dihadiri kurang lebih 180 peserta. Termasuk peserta dari Saudi Arabia.. Bertindak sebagai pembicara kunci, mantan Ketua Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian Jendral (Purn) Farouk Muhammad antara lain mengatakan,
nasionalisme religius merupakan modal kebangsaan yang genuine dalam
kehidupan masyarakat, termasuk petani muslim.
“Oleh karena itu, petani Islam juga harus menjadi penggerak utama
sekaligus problem solver atas masalah pertanian, dalam rangka mencapai
kedaulatan pangan,” tandas Farouk.
Ia mendorong agar STII membangun kerjasama intensif dengan berbagai
pihak dalam mengimplementasikan program-program pemberdayaan masyarakat
berbasis pertanian.
Mukernas juga diisi dengan presentasi oleh Prof Ali Zoem tentang
aplikasi microba google. Dengan inovasi teknologi ini, terbukti gurun
pasir Arab Saudi bisa dijadikan lahan yang cocok untuk berbagai jenis
tanaman. (zuhdi/bowo)
0 Komentar